Judul | Majaz Al-Qur’an |
Salah Satu Kunci Utama untuk Memahami Kandungan Kitab Suci | |
Penulis | Syekh Izzudin bin Abdussalam |
ISBN | 978-623-6219-29-4 |
Dimensi | 15 × 23 cm |
Isi | 530 halaman; Bookpaper |
Sampul | HardCover |
Terbit | Januari 2023 |
Sinopsis
Imam al-‘Izz bin ‘Abdissalam (577–660 H)—salah satu tokoh besar Islam abad ke-7 H—dikenal sebagai seorang faqīh dan mujtahid. Banyak karya Sulthanul Ulama ini yang belum diketahui khalayak, di antaranya adalah buku ini: Majāz al-Qur’ān.
Upaya memahami kandungan Al-Qur’an tidak bisa melewatkan pembahasan tentang majaz. Sebagai kitab suci yang memuat sisi kemukjizatan sastra tertinggi, Al-Qur’an menyimpan sekian banyak kata dan kalimat yang dinilai sebagai majāz.
Singkatnya, majāz adalah “pengalihan makna dasar dari satu lafaz/susunan kata ke makna lainnya berdasarkan indikator yang mendukung pengalihan makna itu.” Imam al-‘Izz menjelaskan berbagai bentuk dan jenis majāz itu dalam Al-Qur’an, lengkap dengan contohnya masing-masing yang memudahkan untuk dipahami. Imam al-‘Izz membuka mata pembaca bagaimana Al-Qur’an memiliki ketelitian dan keindahan seni retorika yang bahkan tidak dapat ditiru oleh orang Arab yang paling fasih sekalipun.
Betapa pentingnya ilmu ini dipelajari dalam konteks menarik makna dan pesan-pesan Al-Qur’an, sekaligus membantu untuk merasakan betapa indah susunan Kalam Ilahi itu. Seperti ditegaskan Ibnu Khaldun, jalinan huruf-hurufnya serasi. Ungkapannya memikat. Uslubnya manis. Ayat-ayatnya teratur dan sangat memperhatikan situasi dan kondisi dalam bermacam gayanya.
* * * *
Berbeda dari karya-karya tentang majas Al-Qur’an era modern, Majâz al-Qur’an ini ditulis dengan sistematika Tafsir Maudhui/Tematik, dan bukan dengan tatanan Balaghah sebagaimana biasanya. Dalam banyak bagian, Syekh Izzuddin juga menawarkan beberapa kemungkinan tafsir dari sudut pandang majas yang dimiliki oleh sebuah ayat, dan mengakomodasi jika ada kemungkinan tafsir lain. Fakta tersebut mengingatkan saya tentang tradisi keterbukaan para ulama klasik. Mereka menerima tafsir yang tidak tunggal terhadap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah bahr la sahila lahu, samudra yang tak bertepi. Buku ini memang klasik, tetapi isi dan semangatnya tetap relevan untuk saat ini.
—Dr. Ulya Fikriyati, penerjemah dan pengajar Ilmu Al-Quran dan Tafsir di INSTIKA, Sumenep, Madura.
Isi Buku
Tentang Penulis
Majāz
JENIS-JENIS MAJAS
Bab 1: Kata ‘Ilm Bermakna Maʻlūm
Bab 2: Lafaz Maʻlūm Bermakna ‘Ilm
Bab 3: Lafaz Qudrah Bermakna Maqdūr
Bab 4: Lafaz Maqdūr Bermakna Qudrah
Bab 5: Lafaz Irādah Bermakna Murād
Bab 6: Lafaz Murād Bermakna Irādah
Bab 7: Lafaz Amal (Harapan) Mengungkapkan Ma’mūl (Apa yang Diharapkan)
Bab 8: Lafaz al-Wa‘d wa al-Wa‘īd Dimaknai Sebagai al-Mau‘ūd bih
Bab 9: Lafaz Janji dan Akad Sebagai Apa yang Menjadi Konsekuensi Keduanya
Bab 10: Lafaz Busyrā Sebagai al-Mubasysyir Bih
Bab 11: Kata al-Qaul Bermakna al-Maqūl Fīh
Bab 12: Lafaz an-Naba’ Bermakna al-Munabba’ ‘Anhu
Bab 13: Lafaz Ism Dimaknai Sebagai Musammā
Bab 14: Lafaz Kalimah Bermakna Mutakallam fīh
Bab 15: Lafaz Yamīn Menggantikan Maḥlūf ‘Alaih
Bab 16: Lafaz Ḥukm Dimaknai Sebagai Maḥkūm Bih
Bab 17: Lafaz ‘Azm Dimaknai Sebagai Ma‘zūm ‘Alaih
Bab 18: Lafaz Hawā Dimaknai Sebagai Mahwā
Bab 19: Lafaz Khasyyah Dimaknai Sebagai Makhsyā
Bab 20: Lafaz Ḥubb Dimaknai Sebagai Mahbūb
Bab 21: Lafaz Ẓann Dimaknai Sebagai Maẓnūn
Bab 22: Lafaz Yaqīn Dimaknai Sebagai Mutayaqqan
Bab 23: Lafaz Syahwah Dimaknai Sebagai Musytahā
Bab 24: Lafaz Ḥājah Dimaknai Sebagai Muḥtāj Ilaih
Bab 25: Lafaz Sabab Dimaknai Sebagai Musabbab
Bab 26: Lafaz Musabbab Dimaknai Sebagai Sabab
Bab 27: Penisbahan Fi’il pada Sebabnya
Bab 28: Menisbahkan Fi’il pada Penyebab dari Penyebabnya
Bab 29: Penisbahan Fi’il pada Sebab yang Menyebabkan Penyebabnya
Bab 30: Penisbahan Fi’il pada Orang yang Memerintahkannya
Bab 31: Penisbahan Fi’il kepada Orang yang Mengizinkannya
Bab 32: Memberitakan Keseluruhan Namun Dimaksudkan Sebagian
Bab 33: Mengungkapkan Keseluruhan dengan Menyebut Sebagian
Bab 34: Menggunakan Lafaz “Keseluruhan” Namun Bermakna “Sebagian”
Bab 35: Menyebutkan Sifat untuk Sebagian Namun Dimaksudkan Keseluruhan
Bab 36: Menyifati “Keseluruhan” dengan Sifat “Sebagian”
Bab 37: Lafaz Fi’il Bermakna “Mendekati” dan “Mengontrol” Sesuatu
Bab 38: Menamakan Sesuatu dengan Apa yang Telah Dilakukannya
Bab 39: Menamakan Sesuatu dengan Apa yang Akan Dilakukannya
Bab 40: Dugaan Berperan Sebagai Keyakinan
Bab 41: Mengabarkan Sesuatu Sesuai dengan Sangkaan Lawan
Bab 42: Majāz Taḍmīn
Bab 43: Majāz al-Luzūm
Bab 44: Majāz Tasybīh
Bab 45: Alasan Berbilang dalam Satu Tempat Majas
Bab 46: Majas atas Majas
Bab 47: Makna Hakiki dan Majasi dalam Satu Kata
Tentang Penerjemah